Pengunjung

Senin, 19 November 2012

Kenangan mengejar STAN

STAN , sebuah kampus, ribuan orang, berjuta kisah, dan milyaran kenangan. Begitu aku menyebutnya dengan kalimat seperti itu. Aku behagia mendengar orang yang lulus disitu. Walau Cuma mendengarnya tetapi setidaknya aku ikut merasakan kebahagian mereka. Seperti aku dulu. Ribuan orang bermimpi untuk mengikutinya. Ada jutaan kisah bahagia dan duka yang lebih banyak. Dan pasti akan menyisakan kenangan yang tidak akan pernah mati. Kisah ini dimulai waktu aku dan bapak, di seputaran masjid raya, ke toko buku, memasuki toko buku untuk mencari buku tes STAN. Aku dan bapak waktu itu di banda aceh, sebuah kenangan satir yang indah SANGAT INDAH bagi aku. Alhasil tes STAN pun telah lewat jadi mana ada buku tes STAN dijual lagi paling sudah dikembalikan ke penerbit apalagi di kota seperti banda aceh, toko buku atau pusat perbukuan sekelas gramedia tak ada. Yang ada hanya toko buku kecil-kecilan yang harganya selangit. Itu Agustus 2008.

Tak terasa 4 tahun sudah berlalu broe..., pa..., maafin aku. Setelah bapak aku pulang tinggallah aku sendiri. Dan ketika itu terjadi keteledoran aku apa itu : waktu itu aku browsing di internet, dan semua lapangan pekerjaan yang aku lihat menjadikan kekurangan yang aku derita sebagai halangan fatal. Benar benar fatal. Tuhan ... dan juga STAN (waktu itu aku salah lihat, aku hanya melihat program pendidikan bea cukai yang tidak memperbolehkan penderita partial cb). Maka banjir air matalah aku ... waktu itu pagi jam 10 aku berjalan di seputaran darussalam, langkah kai membawaku mampir di taman unsyiah ...naik ayunan, ada banyak orang bapak- bapak, ibu- ibu , anak-anak, remaja dan orang pacaran, dan aku disana menangis banjir air mata, itu adalah nangis yang benar – benar aku sesak menangis. Tumpah semuanya apa yang ada sesak di hati kerongkonganku tercekat RABB...., mmm kebetulan bibi aku nelp ketika itu. Ketika itu aku di nasihati agar tidak terlalu sedih menyimpan kesedihan aku sendiri, sendiri kehancuran itu agar orang tua aku tidak tahu dikampung betapa sedihnya aku. JANGAN TUNJUKKAN KESEDIHAN ITU DI DEPAN ORANG TUA.

April 2009. Beruntung ada seorang teman perempuan aku di kampus yang menyodorkan aku buku STAN, dan menyakinkan aku bahwa aku bisa ikut tes STAN. Dan di tengah keputus asaan itu aku lihat dan aku baca , dan aku pelajari ternyata bisa. TERNYATA AKU SALAH LIHAT WAKTU DI INTERNET BEBERAPA BULAN SILAM. Terimakasih untuk teman aku itu yang telah meminjamkan aku, yang telah menyakinkan aku, sehingga aku paling tidak telah mencoba untuk ikut tes. Maka tumbuhlah semangat yang berkobar untuk aku selama beberapa bulan kedepan...hikmahnya jangan begitu mudah menerima informasi yang kita terima sebelum cek dan ricek terlebih dahulu. Tidak tahu bertanyalah, tidak pandai maka belajarlah...karena manusia mahkluk yang belajar. Terlalu banyak yang aku kejar ketika itu : 1. Nilai aku dikampus, dengan menghadapi ujian semester genap untuk menyelamatkan beasiswa chevron 2. Belajar untuk ikut snmptn lagi 3. Dan belajar STAN. Sabtu 25 Juli 2009, aku pergi ke man model banda aceh untuk mengecek bangku, posisi kata orang menentukan prestasi, PALING TIDAK KITA TELAH TAHU KENAL DENGAN MEDAN SEBELUM KITA BERPERANG BUKAN ? . disitu berdegup degup lah jantung aku, minta doa sama mama, sama bapak ... bapak bapak bapak...love love love...

Minggu pagi 26 juli 2009. Aku berperang, ehh dalam ujian itu aku ingat mama, wajah mama, wajah bapak aku bekerja, yah... udah tua, harga karet pun udah anjlok ke bawah. Uang , keringanan biaya kuliah, dan pasti tidak menganggur pak... Mmm 1 september 2009. Aku di rumah di teluk kuantan dan dani di kantor pajak banda aceh, jarak ribuan kilometer memisahkan kami, aku dengan hati jenuh sangat berdebar menunggu pengumuman kelulusan. Dani, cepat ke kantor pajak ya..., setelah lewat zhuhur dengan hati yang sangat berdebar menunggu.
Telepon dari dani, “ulil telepon dani cepat !” Huuff aku kuatkan hatiku untuk menelepon dan mendengarkan suara dani diseberang sana.
“ulil jangan sedih ya ?...janji jangan sedih “
“yo...aku nggak akan sedih, gaimana dani ?”
“nggak lulus ulil,,,” “....hhh” air mata aku ngalir turun ... cucur seperti kran yang terlepas sumbatnya.
“ulil nangis ya ?”
“jangan nangis ..., orang disini ketawa aja nggak lulus, senang senang aja pun” hibur dani, dia menepuk nepuk hatiku dari jauh sana...
“...” aku masih saja diam, mungkin bagi sebagian orang STAN biasa biasa saja, tetapi bagi aku kala itu STAN adalah
1. Untuk mengganti kesedihan bapak aku, ... luka yang telah aku torehkan walaupun aku tidak bersalah secara hukum tetapi secara nurani ...
2. Hanya STAN (diluar program kepabeaan cukai) yang memungkinkan untuk aku bisa masuki, karena lapangan kerja mayoritas di medikal cek up akan kemungkinan besar menyingkirkan aku.
3. STAN adalah harapan bagi aku
4. Keadaan ekonomi keluarga
5. Dan sejujurnya aku tidak ingin kuliah di universitas, ingin kerja saja “mmmhh” aku seka airmata yang membutir hangat itu, menerima kenyataan, dan ancaman. Tidak boleh menangis, kalau aku menangis mama juga akan menangis. Dan tidak boleh ada air mata. Maka merenunglah kami bertiga...
Terima kasih dani dan teman teman yang telah mensupport aku di tengah keterpurukan. Aku , mama, dan bapak..., pelan pelan perlahan-lahan. Aku memasukkan barang – barang aku, pakaian-pakaian ke dalam tas kopor berwarna merah. BESOK 2 SEPTEMBER AKU KE PEKANBARU, KULIAH DI FKIP UNIVERSITAS RIAU, walau sesungguhnya aku masih aktif sebagai mahasiswa semester 3 di universitas syiah kuala. Dan sekarang kenangan itu membuat aku bersyukur bahwa aku mengalaminya. Aku ingin orang lain tidak gagal seperti aku.
Inilah cerita yang aku tuliskan. Rajin belajar ya.... dan rupanya mencari pekerjaan pun tidak sesulit yang kita bayangkan, asalkan mau dan tidak memilih milih pasti bakalan tidak menjadi seorang pengangguran. Intinya berusaha dan berdoa. RIDHO ALLAH DI ATAS RIDHO ORANG TUA.

1 komentar:

  1. Bapakk... sedih kali ceritanya, coba saya tau dari awal, keep spirit ya pak :)

    BalasHapus